PERTOLONGAN ALLAH
( latar belakang dan hikmah Isra’-Mi’raj )
بـسـم الله الر حـمن الر
حـيـم
الحمدلله الذى
أسعدوأشقىوأمات وأحيا وأضحك وأبكى وأوجد وأفنى وأفقر وأغنى وأضر وأقنى الذىخصص بعض
عباده بالحسنى فأفاض عليهم من نعمه ماأيسربه من شآء واستغنى أشهد أن لآ إله
إلاالله وحده لاشريك له وأشـهـد أن محمـدا عبـده ورسـوله أللـهم صل على محمـد
المـصـطفى وسـيد الورى وشمـس الهدى وعلى اله واصـحابه المحـصوصين بالعـلم والتـقى
, أما بعد , فياعـبادالله أوصيكم ونفسى بتـقـوى الله , إتـقـوا الله إتقـوا الله .
Hadirin yang dimuliakan Allah, marilah kita bersama terus berusaha
meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita kepada Allah swt. agar kita dapat
memperoleh pertolonganNya. Setiap kali
memasuki bulan Rajab seperti saat ini kita selalu diingatkan pada peristiwa
besar dan penting dalam kehidupan keagamaan kita, peristiwa luar biasa yang
dialami oleh Nabi kita (Muhammad saw.), yaitu Isra’ dan Mi’raj. Peristiwa itu kita ketahui telah menjadi
tonggak sejarah mulai diperintahkan shalat (bagi Rasulullah dan semua ummatnya)
yang merupakan ibadah paling penting dalam ajaran agama Islam ini. Sudah sangat banyak pembicaraan tentang
kehebatan Isra’ dan Mi’raj ini dari berbagai aspek tujuan. Sungguhpun demikian, sampai sekarang
pembicaraan tentang Isra’ dan Mi’raj ini tetap aktual dan menarik. Oleh sebab itu pada kesempatan yang sangat
baik ini, marilah kita mencoba menelaah dan mengkaji peristiwa tersebut dari
aspek latar belakang dan hikmahnya.
Diterangkan dalam ayat 1 dari surat
Al Isra’ bahwa tujuan Allah memberi kesempatan perjalanan istimewa kepada
hambaNya (Nabi Muhammad) itu tidak lain adalah untuk menunjukkan kepada hamba
tersebut sebagian dari bukti kekuasaan, kekayaan dan keperkasaanNya (Linuriyahu
min aayaatinaa). Allah mengganggap perlu
menunjukkan kekuasaanNYa dengan cara luar biasa ini, karena sebelumnya
Rasulullah telah mengalami ujian-ujian berat yang hampir membuat beliau
berputus asa, sehingga peristiwa itu menjadi bentuk pertolongan Allah untuk
membesarkan hati Nabi dan dalam rangka membangkitkan kembali (revitalisasi) semangat
dan motivasi beliau dalam mengemban amanah menda’wahkan ajaran agamaNya. Ujian-ujian serupa, sebenarnya juga selalu
dialami oleh Nabi-nabi sebelumnya, dan ketika para utusan itu telah melewati
berbagai ujian dengan penuh kesabaran, bahkan sering pula ujian tersebut hampir
membuat mereka berputus asa, maka pada saat itulah datang pertolongan
Allah. Hal ini dapat kita baca pada
firman Allah surat
Yusuf ayat 110 :
حتى
إذا استـيئس الرسـل وظنوا أنـهم قـد كـذبوا جآءهـم نصـرنا فنـجي من نـشآء ولايردبأسـنا عن القـوم المجرمين .
Sehingga apabila para Rasul hampir berputus asa (tidak dapat mengharapkan
keimanan masyarakatnya) dan merasa bahwa mereka tidak dipercaya lagi, maka
datanglah kepada para Rasul itu pertolongan kami, kemudian diselamatkanlah
orang-orang yang kami kehendaki, dan tidak dapat ditolak siksaan Kami terhadap
orang-orang yang berdosa.
معاشـر
المسـلمين رحمـكم الله
Apabila kita baca dalam sejarah pengembangan
ajaran Islam (Tasyri’ Al Islamiyah) dan biografi Rasulullah saw. maka dapat
diketahui bahwa sejak diangkat menjadi rasul dan menda’wahkan ajaran Islam ini,
beliau sangat sering mendapat penentangan, ejekan dan caci makian, perlakuan
kasar, bahkan teror dan ancaman dari orang-orang yang tidak senang serta merasa
terancam status sosialnya oleh ajaran Islam yang disampaikan oleh Rasul
tersebut. Semua itu merupakan bagian
dari ujian yang harus beliau hadapi.
Diantara ujian berat yang beliau alami
adalah terjadinya pemboikatan ekonomi terhadap Nabi dan pengikutnya oleh
orang-orang Makkah dan sekitarnya.
Pemboikatan itu berlangsung cukup lama (bertahun-tahun), sehingga
menimbulkan kesulitan ekonomi yang serius bagi Nabi dan para pengikutnya. Hal itu mulai terjadi pada tahun ke tiga
sejak beliau berda’wah, yaitu ketika beliau mulai diperintah oleh Allah untuk
menyampaikan da’wahnya secara terang-terangan.
Akibat kesulitan ekonomi yang berkepanjangan itulah, maka sebagian
sahabat Nabi mulai tidak mampu lagi bertahan hidup di Makkah dan mereka sedikit
demi sedikit mulai berhijrah ke Yasrib/Madinah.
Setelah melewati tujuh tahun dalam
kesulitan ekonomi, ternyata Nabi masih harus menghadapi ujian yang lebih berat
lagi, yaitu wafatnya dua orang yang sangat penting perannya dalam perjuangan
beliau. Kedua orang itu wafat pada waktu
yang hampir bersamaan (tepatnya pada tahun ke sembilan dari masa
kenabian). Mereka adalah paman yang
selalu melindungi beliau, yaitu Abu Thalib dan istri yang selalu memberi
dukungan luar biasa dalam perjuangan beliau, yaitu ibunda Khadijah binti
Khuwailid. Dengan wafatnya dua orang
yang sangat penting dalam kehidupan Rasul ini, maka beliau merasa seolah-olah
sudah tidak memiliki pendukung lagi.
Beliau merasakan kesedihan yang sangat mendalam, sehingga tahun itu
dikenal sebagai tahun duka cita (‘Aam al Hazan) bagi Rasulullah saw.
Dalam suasana duka cita semacam itu
Rasulullah kemudian berikhtiyar mencoba mencari suasana baru untuk
menghilangkan kesedihannya dengan pergi ke Tha’if. Kota Tha’if dikenal sebagai tempat yang
berhawa sejuk dan merupakan kota
peristirahatan. Namun setelah sampai di
Tha’if dan berhasil menemui pemimpin masyarakat di daerah itu, beliau justru
mendapati kenyataan yang lebih menyakitkan lagi. Begitu keluar dari rumah pemimpin di kota itu, beliau
diteriaki dan dilempari oleh orang-orang Tha’if. Sahabat Abu Bakar yang selalu mendampingi
dengan setia dalam setiap perjalanan Nabi, sebenarnya sudah berusaha dengan
segala cara untuk melindungi junjungannya sehingga tubuhnya menjadi terluka dan
berlumuran darah, namun karena banyaknya lemparan-lemparan batu itu, maka
akhirnya kaki Rasulpun ikut terkena lemparan dan berdarah pula. Pada saat itulah Rasulullah saw. mengadukan
kelemahan dan keterbatasannya sebagai manusia kepada Allah swt. dan menyatakan
sepertinya sampai disitulah batas maksimal kemampuannya. Beliau kemudian memutuskan untuk kembali ke
Makkah, yang merupakan kota
kelahiran sekaligus basis perjuangannya.
معاشـر
المسـلمين رحمـكم الله
Sesampainya kembali di Makkah, beberapa
hari setelah pulang dari Tha’if itulah Rasulullah saw. diberi kesempatan
melakukan perjalanan luar biasa yang kita kenal dengan Isra’ dan Mi’raj tadi.
Setelah Rasulullah mengalami perjalanan
luar biasa, dan ditunjukkan berbagai bukti kekuasaan dan keperkasaan Allah,
seakan Allah memberi tahu bahwa Muhammad sebagai Rasul bukanlah orang yang
lemah, ia memiliki pendukung yang amat kuat sekaligus pelindung yang amat
perkasa, yang tidak akan dapat ditandingi oleh siapapun yaitu Allah
sendiri. itulah sebabnya, setelah
peristiwa Isra’ dan Mi’raj ini, kemudian Rasulullah kembali memiliki semangat
dan motivasi yang kuat untuk terus menda’wahkan ajaran agama Allah ini.
معاشـر
المسـلمين رحمـكم الله
Motif pertolongan Allah yang diberikan
kepada hambanya setelah melewati ujian-ujian seperti yang dialami oleh Rasul
ini, ternyata juga dialami oleh semua utusan-utusan Allah sebelumnya. Hal ini disampaikan oleh Allah kepada Nabi
kita Muhammad saw. agar beliau tidak berkecil hati dan tidak sampai berputus
asa. Penjelasan Allah itu terdapat dalam
surat Al An’aam
ayat 34 :
ولقـد كذبت رسـل من قبـلك فصـبروا على ما
كذبوا وأوذوا حتى أتيـهـم نصـرنا ولا مبـدل لكـلمات الله ولقـد جآءك من تبائ
المـرسـلين .
Dan
sesungguhnya telah didustakan pula para Rasul sebelum kamu (Muhammad), akan
tetapi mereka dapat bersabar terhadap pendustaan dan penganiayaan yang mereka
alami sampai datang pertolongan Kami kepada mereka. Tak ada yang dapat merubah ketetapan Allah
dan sesungguhnya telah sampai kepadamu (Muhammad) sebagian dari berita para
Rasul itu.
Berdasarkan penjelasan ayat ini, dapat kita
fahami bahwa sebenarnya Allah tidak pernah membiarkan hambanya berada dalam
kesulitan, asal hamba itu mau bersabar dalam arti tekun berikhtiyar untuk
menyelesaikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi, serta tetap berpegang teguh
pada ajaran Allah. Penjelasan ini sangat
tepat kalau kita implementasikan dalam realitas kehidupan kita, yang semakin
hari semakin padat dengan berbagai persoalan ini. Beban hidup yang semakin berat,
kesulitan-kesulitan yang semakin kompleks, baik kesulitan yang bersifat
individual, kesulitan kelompok, maupun kesulitan kolektif kita sebagai bangsa,
hanya dapat diatasi dengan ketekunan berusaha seraya selalu berharap
pertolongan Allah serta dilandasi dengan ketaatan melaksanakan
ajaran-ajaranNya.
Kita harus memiliki keyakinan bahwa Allah
pasti akan menolong setiap hambaNya yang sabar dan tekun berikhtiyar. Hal ini dinyatakan oleh Allah dalam firmanNya
surat Ar Ruum
ayat 47 :
وكان
حـقا عليـنا نصـر المـؤمنـين .
Dan
merupakan kewajiban Kami untuk menolong orang-orang yang beriman.
معاشـر
المسـلمين رحمـكم الله
Dalam menghadapi berbagai kesulitan hidup
sering kali kita jumpai orang-orang yang ternyata salah dalam memilih
alternatif penyelesaian. Sering kita
temukan orang yang sedang mengalami tekanan dan kegelisahan (stress), mereka
justru mencari pelarian dengan mengkonsumsi obat-obat terlarang. Orang yang sedang mengalami kesulitan ekonomi
banyak yang kemudian mencari jalan pintas untuk mengatasinya, meskipun jalan
itu nyata-nyata dilarang oleh Allah, misalnya melakukan kecurangan, manipulasi,
merampas hak orang lain, korupsi dan sebagainya. Orang yang merasa sedang terancam
eksistensinya, banyak yang berusaha mempertahankan eksistensinya itu dengan
cara melakukan kebohongan, mengeksploitasi orang lain, menebarkan
teror/ancaman, bahkan melakukan kebrutalan dan berbagai tindakan kekerasan.
Semua cara yang kami sebutkan tadi
mencerminkan ketidak sabaran dalam menghadapi kesulitan. Hal itu bukan hanya semakin menjauhkan dari
pertolongan Allah, tetapi justru mendatangkan murka Allah (na’udzu
billah). Oleh sebab itu marilah kita
menghadapi segala macam persoalan, kesulitan maupun ujian dalam hidup ini
dengan selalu berpegang teguh pada bimbingan dan ajaran Allah swt. sehingga
Allah berkenan memberikan pertolonganNya.
معاشـر
المسـلمين رحمـكم الله
Akhirnya marilah kita perhatikan ajaran
Rasulullah saw. kepada kita sekalian tentang strategi dan cara untuk
mendapatkan pertolongan Allah itu. Di
dalam salah satu sabdanya beliau menyatakan :
يـدالله
على الجـماعة .
Pertolongan
Allah itu diberikan kepada orang-orang yang bersatu.
Berdasarkan
hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dari sahabat Abdullah bin ‘Abbas
tersebut nyatalah bahwa Allah itu suka menolong orang-orang yang rukun, bersatu
dan tidak bercerai berai atau bermusuhan.
Melalui forum yang mulia ini marilah kita selalu mengupayakan
terciptanya kerukunan, rasa persaudaraan serta kedamaian, sekaligus berusaha
sekuat kemampuan kita untuk menghindari dan mencegah segala bentuk permusuhan,
pertengkaran yang berakibat pada perpecahan.
Mudah-mudahan Allah swt. senantiasa membimbing kita, melindungi serta
memeberikan pertolongan kepada kita semua dalam menjalani hidup yang semakin
penuh dengan berbagai persoalan ini, amin.
وإذا قـرء القـرآن فاسـتـمعـوا له
وأنصـتـوا لعـلكم تـرحمـون . أم حـسـبـتم أن تـد خـلوا الجـنة ولما يأتـكم مثـل
الذين خـلوا من قبـلـكم مسـتـهـم
البـأسـآء والضـرآء وزلـزلوا حتى يقـول الرسـول والذين آمـنوا معـه متى
نصـرالله الآ إن نصـرالله قـريب